Jumat, 24 September 2010

MAPPADENDANG di SOPPENG






Salah satu tradisi kebudayaan bugis yang cenderung termarginalkan adalah Mappadendang. Ritual Mappadendang ini adalah acara yang dilakukan setelah panen padi sebagai tanda ucapan syukur kepada Allah SWT atas limpahan karunia yang diberikan berupa hasil panen padi yang berlimpah. Awalnya acara ini dilakukan sebagai wujud penghormatan kepada Dewi Sri (Dewi Padi)

Watan Soppeng adalah salah satu kota kabupaten tercantik di Provinsi Sulawesi Selatan. Suasana di dalam kota tampak teduh, karena hampir semua ruas jalan dipenuhi oleh pohon asam dan jenis pohon lainnya yang berjejer di sisi kiri dan kanan jalan. Kota kecil dan berhawa sejuk ini berada di pegunungan dengan ketinggian 200 meter di atas permukaan laut.

Menurut catatan sejarah, sebagaimana tertulis dalam Lontara Bugis (tulisan kuno orang Bugis), Kota Soppeng merupakan bekas kota kerajaan masa lampau yang memiliki wilayah kekuasaan dan pengaruh yang cukup luas. Di kota ini terdapat komplek Istana Raja (Datu) Soppeng yang dibangun oleh I Latemmamala yang bergelar Petta Bakkae pada tahun 1261 M. Di dalam komplek tersebut terdapat sejumlah bangunan, di antaranya: Bola RidiE (Rumah Kuning), yaitu tempat penyimpanan benda-benda atribut Kerajaan Soppeng; SalassaE, yaitu bekas Istana Datu Soppeng; dan Menhir Latammapole, yaitu tempat melaksanakan hukuman bagi para pelanggar adat. Di kota ini juga terdapat komplek makam Jera LompoE dan KalokoE Watu. Di dalam komplek makam Jera LompoE terdapat makam Raja-raja (Datu) Soppeng, Luwu dan Sidrap pada abad XVII. Sementara di dalam komplek KalokoE Watu terdapat makam We Tenri Sui, ibu kandung Arung Palakka.

Kota Watansoppeng memiliki keunikan yang sangat mengagumkan, sehingga ia dijuluki sebagai “Kota Kalong” atau “Kota Pekalongan” (bukan nama kota yang ada di Pulau Jawa).

Pengunjung jangan terkejut ketika memasuki jantung Kota Watansoppeng, karena akan mencium bau khas yang sangat menyengat hidung. Bau khas itu tidak lain adalah bau kalong atau kelelawar. Bau kalong tersebut akan semakin menyengat jika pengunjung berada tepat di bawah pohon tempat para kalong tersebut bergelantungan.

Menjelang malam, kalong-kalong tersebut terbang meninggalkan pepohonan untuk mencari makan. Saat kalong-kalong yang jumlahnya ribuan tersebut terbang, langit seakan tertutup oleh bayangan hitam. Kawanan kalong tersebut akan kembali ke pepohonan pada subuh hari dengan suara gemuruh seakan membangunkan warga Kota Soppeng untuk segera melaksanakan shalat subuh dan melakukan aktivitas sehari-hari.

Tidak seorang pun penduduk yang tahu persis kapan tepatnya kalong-kalong tersebut mulai bersarang di atas pepohonan yang berjejer di ruas-ruas jalan Kota Watan Soppeng. Masyarakat hanya meyakini bahwa keberadaan kalong yang mirip tikus tersebut sudah ada sejak ratusan tahun yang lalu. Lebih dari itu, mereka juga meyakini bahwa kalong-kalong tersebut merupakan “penjaga” kota Watan Soppeng. Bahkan, mereka sangat percaya bahwa kalong-kalong tersebut menjadi pertanda dan pemberi informasi tentang sesuatu yang baik dan buruk yang akan terjadi di kota ini. Jika kalong-kalong tersebut pergi meninggalkan Kota Watan Soppeng dalam waktu yang lama, maka itu sebagai pertanda bahwa akan terjadi bencana yang menimpa masyarakat dan kota tersebut.

Trik Terbang Kelelawar Yang Unik




Kelelawar masih tetap unggul dalam memanfaatkan trik aerodinamika, sedikit unik dibanding serangga lainnya, kata para peneliti.
Ketika kelelawar terbang, mereka memanfaatkan aliran angin.






Para peneliti menemukan pusaran angin kecil diatas masing-masing sayapnya, yang disebut pengarah ujung pusaran, yang menyediakan sebanyak 40 % kebutuhan daya angkat tubuhnya agar tetap diudara.

“Tidak diketahui apakah binatang bertulang belakang dapat melakukan hal yang sama,” Anders Hedenstrom, seorang pakar biologi dari University of Lund, Swedia, yang memimpin studi ini mengatakan dalam wawancara melalui telepon. “Sekarang kami telah menemukan kelelawar menggunakan mekanisme yang serupa.”

Bentuk sayap pesawat dan burung menghasilkan daya angkat dengan memanfaatkan aliran udara yang lebih berkesinambungan, kata Hedenstrom. Kelelawar memperoleh keuntungan tambahan daya angkat yang ditimbulkan oleh kepakan kebawah sayapnya yang memungkinkan tubuhnya mengambang dan terbang lebih gesit.

Para peneliti mengisi saluran angin dengan asap aerosol untuk membantu mengambil gambar ketika kelelawar terbang kearah sebuah tabung yang berisi cairan madu, kemudian menganalisanya melalui komputer.

Ketika kelelawar terbang mengambang, mereka menciptakan pusaran angin diatas masing-masing sayapnya.

“Inilah mekanisme dibalik daya angkat tinggi selama terbang mengambang,” kata Hedenstrom

Penemuan ini dipublikasikan dalam jurnal Science, memberikan pengertian praktis. Ambil contoh para Insinyur, dapat menggunakan pengetahuan ini ketika mengembangkan wahana udara mikro, Hedenstrom menambahkan.

Seperti mesin-mesin robot, yang berpotensi digunakan dalam tujuan pengawasan, mungkin dapat terbang di dalam dan di luar gedung serta area tertutup, hal ini dikarenakan kepakan sayapnya memungkinkan berbelok tajam dan mengambang, tambahnya.

“Untuk membuatnya benar-benar bekerja, ini merupakan sebuah informasi penting, karena ini memperlihatkan bagaimana kita mengendalikan struktur sayap selama kepakan sayap,” kata Hedenstrom. “Dengan sayap yang kaku mereka tidak dapat berbelok sedikitpun.”

TIPUAN KAMERA - KELELAWAR RAKSASA

Wow, Kelelawar Raksasa

Pernah lihat kelelawar raksasa?
Wow.. Ini dia ..!!
Gede benar.. hampir sebesar orang dewasa..!!

 
foto ini merupakan hasil Rekayasa, dengan tekhnik photoshop dan beberapa tekhnik lainnya dalam program Microsoft. 

Masakan Dan Manfaat Daging Kelelawar

Hidangan Daging Kelelawar
Berita ekstrim kali ini masih berhubungan dengan daging. Mungkin kemarin berhubungan dengan daging manusia, dan sekarang berhubungan dengan daging kelelawar yang menjadi hidangan special.
Pasti anda tahu dengan binatang ini. Kelelawar adalah golongan mamalia yang dapat terbang, berasal dari ordo Chiroptera dengan kedua kaki depan yang berkembang menjadi sayap. Kelelawar dikenal dengan banyak nama di berbagai propinsi di Indonesia. Paniki, niki atau lawa adalah sebutan gelar kelelawar bagi orang-orang di kawasan timur Indonesia. Orang Sunda menyebutnya lalay, kalong atau kampret. Orang Jawa Tengah menyebutnya lowo, codot, lawa, atau kampret. Sedangkan suku Dayak menyebutnya sebagai hawa, prok, cecadu, kusing atau tayo.
Prilaku atau kebiasaan binatang ini khas, keluar kandang menjelang malam, dan baru kembali saat dini hari. Keberadaan kelelawar ini juga menjadi pertanda buat masyarakat Kabupaten Soppeng, Sulawesi Selatan, Indonesia. Pusat kotanya menjadi tempat berkumpulnya mamalia ini.
Beberapa daerah di Indonesia telah ada restoran yang menyajikan hidangan daging kelelawar. Contohnya, seperti di Manado. Pada restoran tersebut, kelelawar dimasak dengan dengan kuah santan (sari kelapa) atau dirica-rica. Menurut beberapa penikmat kuliner ekstrim, daging paniki yang berkuah santan terasa manis dan dagingnya seperti bebek.
Tata cara pengolahan daging kelelawar sama seperti daging lainnya. Pengolahan yang baik membuat daging kelelawar tidak lagi menjadi makanan yang menjijikkan.
Kelelawar yang berwarna cokelat ternyata memiliki aroma seperti buah apel setelah menjadi hidangan. Kuliner daging kelelawar tidak kalah enaknya dengan hidangan makanan menu daging lainnya. Sangat mirip daging kerbau atau kelinci. Daging kelelawar juga banyak memiliki serat.
Bagi masyarakat, mengkonsumsi kelelawar dapat mengobati berbagai penyakit, diperkirakan dapat menyembuhkan penyakit akibat penyempitan pembuluh darah dan penyakit asma.
Dari berbagai sumber berbeda. Pengolahan kalong/kelelawar untuk pengobatan sangat sederhana. Daging kelelawar dibakar kemudian langsung di makan oleh orang yang terkena penyakit. Jangan digoreng karena bercampur dengan minyak khasiatnya berkurang.
Bagaimana dengan Hidangan Daging Kelelawar dan khasiatnya untuk pengobatan?. Jika penasaran langsung saja mencari restoran yang menyajikan. Mudah-mudahan informasi ini bermanfaat untuk anda.

Catatan perjalanan dari Soppeng Ke Sengkang

Waktu sudah beranjak siang nich. Saya sudah menyelesaikan tugas pertama saya di Soppeng : melihat kelelawar. Dengan sangat menyesal saya harus melewatkan Lejja dan Ompo lantaran keterbatasan waktu. Saya harus bergegas ke kota berikutnya yang berjarak 1 jam perjalanan dari Watansoppeng, Sengkang. Dan saya pun kembali ke terminal Soppeng yang sepi. Hampir sama seperti saat kedatangan, hampir tidak banyak keramaian di Terminal Soppeng yang kecil dan sepi ini. Sejumlah peron rute tampak kosong tidak terisi angkutan sama sekali. Sejumlah peron yang terisi kendaraan tidak memiliki supir. Saya segera bergegas menuju ke Kijang jurusan Sengkang yang untungnya sedang menunggu penumpang. Sialnya, penumpang yang ditunggu masih sedikit termasuk saya. Seperti halnya kijang di Sulawesi Selatan, umumnya mereka nggak akan berjalan kalau penumpangnya masih sedikit. Maka, saya pun menunggu di terminal selama kurang lebih setengah jam. Sang supir duduk-duduk santai sambil mengobrol dengan penghuni terminal lain sambil merokok dan ngemil. Ia tampak tidak terburu-buru atau panik melihat angkutannya tidak kunjung terisi penumpang. Hidup harus dinikmati, mungkin filosofinya begitu kali yach? Sambil menunggu, daripada jadi bete sendiri, saya berjalan berkeliling terminal untuk melihat keadaan sekeliling. Ternyata, ada pasar dan kios-kios di bagian belakang Terminal Soppeng loch. Ramai juga tampaknya.
Untungnya, walaupun Terminal Soppeng tampak kecil dan sepi, penumpang yang menuju Sengkang terus saja berdatangan dan sedikit demi sedikit memenuhi kijang. Hmm... mungkin jalur Watansoppeng-Sengkang adalah jalur yang gemuk yach? Sebelumnya, saya telah memplot tempat duduk agar mendapat tempat duduk yang enak di dalam kendaraan. Saya meletakkan barang-barang saya di tempat duduk yang persis di belakang supir. Ini menjadi semacam kebiasaan, bahwa plotting tempat duduk sebaiknya dilakukan saat kendaraan masih kosong. Biar bisa dapat tempat duduk yang enak, sebaiknya pilih tempat dan menunggu lebih lama dulu. Sang supir sempat pergi sambil membawa barang-barang saya untuk menjemput serombongan penumpang. Waduh, saya sempet panik juga, jangan-jangan barang saya dibawa kabur. Habis dech, saya nggak punya baju sama sekali untuk seminggu ke depan. Sang supir sich bilang, nanti ia akan kembali, ia hanya menjemput penumpang saja. Untungnya, supir tersebut menepati janjinya. Hehehe. Ia kembali lagi ke terminal sambil membawa beberapa orang penumpang di dalam kendaraannya. Segera, tanpa membuang waktu lagi, kijang melaju ke timur laut, arah Sengkang. Saya duduk di tempat favorit, posisi belakang supir dengan pemandangan yang terbentang lebar.
Perjalanan ini akan ditempuh dalam waktu satu jam. Sepanjang perjalanan, saya banyak menjumpai areal persawahan yang sangat luas dan hijau (beberapa menguning). Maklum, Soppeng kan dikenal sebagai 6 besar lumbung padi Sulawesi Selatan bersama dengan Bone, Sidenreng Rappang, Wajo, Sengkang, dan Luwu. Jadi, nggak heran kalau kita akan banyak menyaksikan areal persawahan yang sangat luas di 6 kabupaten ini. Agak berbeda dengan perjalanan sebelumnya, rute dari Soppeng ke Sengkang cukup lurus dan datar. Hampir nggak ada liukan berlebihan atau tanjakan dan turunan curam khas pegunungan. Walaupun dikelilingi pegunungan, namun dua kota ini terhubung dalam jalur yang datar. Pemandangan paling umum yang bisa disaksikan adalah sawah dan ruko serta perumahan. Pemandangan yang saya lihat ini mencitrakan kedua kota ini sebagai kota yang cukup modern.
Angkutan antar kota di bagian Sulawesi Selatan area tengah dan timur kebanyakan adalah kijang. Hanya kijanglah yang bisa membawa saya dari Watansoppeng ke Sengkang. Pete-pete tidak cukup jauh untuk bisa membawa saya ke Sengkang. Pete-pete hanya bisa membawa saya sampai tepi batas Soppeng saja. Kijang yang saya gunakan adalah kijang hampir terakhir untuk hari itu. Kemungkinan, sekitar jam 3 atau jam 4 nanti sore ada satu kijang terakhir yang membawa penumpang dari Watansoppeng ke Sengkang. Pada saat malam, tidak ada lagi angkutan kijang di rute ini. Angkutan kijang terbanyak bisa ditemukan pada pagi hari. Menjelang siang hari, angkutan mulai menguap dan hanya tersisa segelintir saja.

Foto Manusia Memberi Makanan Ke Kelelawar







Kelelawar adalah mamalia yang dapat terbang yang berasal dari ordo Chiroptera dengan kedua kaki depan yang berkembang menjadi sayap.

Klasifikasi
* Pteropodidae (kalong)
* Emballonuridae (Kelelawar ekor-trubus)
* Megadermatidae (Vampir palsu)
* Nycteridae (Kelelawar muka-cekung)
* Rhinolophidae (Kelelawar-ladam)
* Hipposideridae (Barong)
* Vespertilionidae (Kelelawar biasa)
* Molossidae (Kelelawar bibir-keriput

Kelelawar Doyan Oral Sex

Peneliti biologi dari Guangdong Entomological Institute di China mengungkapkan dua dari tiga kelelawar betina sering melakukan oral seks dalam setiap aktivitas seksualnya.

Kelelawar Doyan Oral Sex


Namun, binatang malam dengan nama latin Cynopterus sphinx itu, sebenarnya bukanlah satu-satunya hewan yang selalu melakukan oral seks. Sebelumnya, diketahui simpanse juga termasuk binatang yang selalu melakukan oral seks.

Oral seks merupakan aktivitas-aktivitas seksual yang mencakup penggunaan mulut dan lidah untuk merangsang genitalia. Biasanya, seks oral dilakukan sebagai pembukaan atau foreplay sebelum bersetubuh (coitus).

Seks oral mencakup memberi atau menerima stimulasi oral (seperti menghisap atau menjilat) genitalia.

“Kelelawar betina sangat bergairah dalam melakukan oral seks, hampir 70 persen kelelawar betina melakukannya sebelum melakukan hubungan,” ujar seorang peneliti, Libiao Zhang seperti dilansir Telegraph, Rabu (11/11/2009).

Libiao mengungkapkan, kelelawar betina menginginkan hubungan seks yang lama sehingga melakukan oral seks terlebih dahulu. Rata-rata aktivitas oral seks dilakukan selama empat menit sebelum melakukan hubungan seks.

Pohon Berbuah Kelelawar di Soppeng


Pohon Kelelawar
Satu hal yang menarik hati saya ketika berkunjung di kota Soppeng – Sulawesi Selatan adalah pohon-pohon di sekitar masjid agung yang banyak digelayuti kelelawar. Sepintas, warna kelelawar yang hitam nampak kontras dengan dedaunan pohon yang hijau dan memberi kesan “pohon berbuah kelelawar”.

Masjid Soppeng
Berpose dulu di depan Masjid Agung Soppeng. "Pohon Kelelawar" terdapat di sekitar masjid ini.
Kelelawar nampak lebih dekat.
Kelelawar nampak lebih dekat.

KALONG RI BUMI BATARA MARIO


SOPPENG.Adalah salah satu daerah dati dua di provinsi sulawesi selatan, yang memiliki potensi wisata keindahan panorama alam pegunungan, serta berbagai macam situs purba kala yang masih tetap dilestarikan higga kini.

Berada pada dataran tinggi, kabupaten soppeng tentunya dikelilingi dengan pegunungan yang memancarkan keindahan panorama alam, yang sebagian besar adalah gunung bebatuan cadas, dimana terdapat goa-goa bersejarah.

Konon kabarnya goa-goa yang tersebar disekitar pegunungan diwilayah kabupaten soppeng, dulunya digunakan nenek moyang mereka sebagai tempat peristerahatan, yang kemudian dilanjutkan generasi penerusnya, sebagai tempat persebunyian dari kejaran musuh.

Seiring dengan berjalanya waktu, memasuki zaman yang lebih moderen, goa-goa ini kemudian berubah fungĂ­s menjadi lokasi objek wisata. Yang sering ramai dikunjungi wisatawan

Selain wisata gua, juga terdapat wisata cagar budaya yaitu permandian lejja, dan permandian ompo, serta objek wisata citta.

Selain objek wisata permandian air panas, juga terdapat fosil gajah, serta fosil kura-kura berukuran besar, dimana kedua fosil ini tersimpan di musium celio, yang lokasinya berada di tengah-tengah kota soppeng.

Konon kabarnya orang pendahulu atau moyang suku bugis penduduk asli soppeng, menjadikan salah satu lokasi, sebagai tempat beriteraksi dengan penguasa langit dan bumi berdasarkan keyakinan yang dianut pada zamanya.

Lokasi ini bernama situs tinco, dimana situs tinco tersebut adalah batu berukuran besar yang dijadikan sebagai media penyembahan, namun saat ini lokasi tinco telah dijadikan sebagai lokasi objek wisata situs purba yang dilindungi.

Dataran kota soppeng yang terletak diketinggian, tidak hanya didukung dengan objek wisata alam dan berbagai macam objek cagar budaya, namun kita juga dapat melihat langsung dari dekat ribuan kelelawar bergantungan di pepohonan yang tersebar di dalam kota pada siang hari.

Bagi masyarakat soppeng, kelelawar atau bahasa soppengnya yaitu kalong, dibiarkan bergelantungan memenuhi ranting di hampir semua pohon besar yang tumbuh di dalam kota.

Kalong atau kelelawar ini diyakini oleh sebagian masyarakat soppeng, sebagai hewan penjaga yang dapat membawa kesuburan, serta menjauhkan daerah mereka dari bala bencana, dimana jika kelelawar pergi meningglkan kampung, bertanda akan terjadi petaka.


Salah satu objek wisata alam pegungungan yang Sangat indah dan cukup dikenal oleh warga sulawesi selatan, adalah objek wisata pegunungan bulu dua, atau dua gunung "gunung kembar", yang berada di daerah perbatasan antara kabupaten barru.

Kata Bulu dua diambil dari bahasa bugis, yang artinya: dua gunung “gunung kembar”, dimana kedua gunung ini, jika dilihat secara pintas, maka bentuknya menyerupai bagian dada wanita.


Untuk berkunjung ke kabupaten soppeng, yang letaknya berada pada bagian utara pusat kota Makassar, dapat ditempuh dengan menggunakan transportasi darat sikitar empat jam perjalanan.

obyek wisata di Soppeng



Icon Kota Soppeng
Kota Soppeng disebut Kota Kalong Wattang Soppeng dimana-mana ditemukan kalong atau kelelawar, Soppeng juga sebagai kota wisata dapat ditemukan beberapa Obyek bersejarah (Villa Yuliana, Istana Datu Soppeng, Makam Jera Lompoe) , Budaya (Rumah Adat Sao Mario, Pusat Sutra Alam Tajuncu) ,  permandian alam (Air panas Lejja, Ompo, Citta).
Ciri khas Pusat Kota Soppeng yaitu terdengar bunyi gemuruh kalong-kalong/ kelelawar saat  petang menjelang malam, beterbangan menutupi langit Kota Soppeng meninggalkan sarangnya di pepohonan tengah kota dan Pada subuh menjelang pagi, kalong-kalong itu pun kembali ke sarangnya dengan suaranya yang tetap ingar-bingar, seakan membangunkan warga sekitar untuk segera memulai aktivitasnya..

Villa Yuliana, sebuah bangunan bergaya perpaduan Eropa dan Bugis yang dibangun CA Krosen pada tahun 1905. Vila ini merupakan bangunan kembar yang kembarannya berada di Nederland, Belanda.

Istana Datu Soppeng yang dibangun sekitar tahun 1261 pada masa pemerintahan Raja Soppeng I Latemmamala yang bergelar Petta BakkaE. Di dalam kompleks ini terdapat sejumlah bangunan, di antaranya Bola RidiE (rumah kuning), tempat penyimpanan berbagai benda atribut Kerajaan Soppeng, Istana SalassaE, yakni bekas Istana Datu Soppeng, dan Menhir Latammapole yang dulunya adalah tempat menjalani hukuman bagi pelanggar adat.

Makam Jera LompoE, yakni makam raja-raja/Datu Soppeng, Luwu, dan Sidenreng pada abad XVII yang terletak di Kelurahan Bila, Kecamatan Lalabata (satu kilometer utara Watansoppeng). Dari bentuknya, makam ini merupakan perpaduan pengaruh Hindu dan Islam. dan Makam KalokoE Watu di mana terdapat We Tenri Sui, ibu kandung Arung Palakka.
Pusat Suteraan Alam Ta’juncu. Sejak dulu, Ta’juncu sudah terkenal dengan kegiatan persuteraan alam. Dimulai sekitar tahun 1960-an, dan sutera alam Ta’juncu mencapai puncaknya tahun 1970-an. Selain melihat areal pertanaman murbei, kita juga akan melihat aktivitas persuteraan yang meliputi pemeliharaan ulat sutera, pemintalan benang, hingga pertenunan yang masih menggunakan alat tenun tradisional.

Pemandian Alam Air Panas Lejja di Kecamatan Marioriawa (44 kilometer utara Watansoppeng). Perjalanan menuju pemandian ini sangat indah , sepanjang perjalanan berjejer rapi pohon-pohon rimbun di kiri kanan jalan serta persawahan dan pegunungan di kejauhan. Di pemandian alam ini selain terdapat sumber air panas, tersedia tiga kolam besar untuk berendam. Ketiga-tiganya menawarkan pilihan yang berbeda, yakni air panas, sedang, atau yang hangat.
Lokasi pemandian berada di bawah rerimbunan pohon-pohon besar yang disertai suara kicauan burung yang nyaris tiada henti.

Permandian Alam Ompo dan Permandian Alam Citta. disuplai dari air pegunungan yang sangat sejuk dan sangat jernih. dari kedua sumber air ini dapat dibuat air mineral dalam kemasan.

Rumah adat Sao Mario di Kelurahan Manorang, Kecamatan Marioriawa adalah rumah perpaduan dari tradisi Buginese (Batu-Batu Soppeng) dan Minangsih (Minangkabau). disekitarnya ada miniatur rumah adat Bugis, Mandar, dan Toraja. Hampir semua rumah, terutama yang berarsitektur Bugis, bertiang 100. Karena itu, masyarakat sekitar menyebutnya dengan bola seratuE. Terdapat sebuah rumah lontar yang dinding, lantai, tiang, rangka serta perabotan berbahan baku lontar.
Rumah-rumah adat di sini berisi penuh dengan barang-barang antik bernilai tinggi peninggalan dari beberapa kerajaan di Indonesia. antara lain tempat tidur, perangkat meja dan kursi makan, lemari, ratusan guci, perlengkapan makan raja-raja, berbagai senjata tajam berupa badik, parang, pedang, keris, dan lainnya. Kompleks rumah adat ini juga dilengkapi rumah makan berbentuk perahu pinisi